Senin, 07 November 2011

Pengaruh Rokok Pada Prestasi Belajar Siswa

“Pria punya selera!”, “Yang penting heppiii!”, “Make up your mind!”, “Buktikan merahmu!” Inilah beberapa dari banyak slogan pada iklan rokok yang tak jarang kita lihat hampir di setiap sudut kota. Slogan-slogan tersebut sudah barang tentu menyimpan pesan dengan tujuan mendongkrak penjualan dengan meningkatnya konsumsi rokok di masyarakat. Sebuah fakta yang kontra produktif dengan berbagai himbauan berhenti merokok bagi masyarakat maupun para pelajar di sekolah.
Dari sudut pandang tertentu memang merokok tampaknya memiliki manfaat. Seorang jurnalis yang sibuk dan dikejar tengat waktu mengaku sulit berpikir dan berkonsentrasi bahkan kehilangan inspirasi jika tidak merokok. Merokok bahkan telah menjadi adegan klise dalam film-film yang mengisahkan tentang kesibukan seorang jurnalis, detektif maupun para pemikir hebat. Sergei Korolev, ilmuwan, pemikir yang berambisi menerbangkan manusia ke bulan dalam film Space Race tak henti-hentinya merokok saat menunggu roketnya yang meluncur ke antariksa. Di negeri kita yang berbudaya  timur, di mana hubungan sosial kemasyarakatan masih sangat kental, sebagian pria mengaku menjadi sulit bergaul tanpa rokok. Kaku dan kikuk menempatkan diri dalam pertemuan-pertemuan seperti hajatan, ronda bersama, dan semacamnya. Nah, tak pelak lagi slogan-slogan di atas dapat menjadi alat pendongkrak penjualan. Dengan menghubungkan kebiasan merokok dengan life style, perilaku easy life, sikap gentle, loyalitas tim, terbukanya inspirasi, dan semacamnya  mampu memberi sinyal posistif pada rokok. Namun, efek dari ini semua adalah beralihnya perhatian dari hal yang lebih penting yang seharusnya selalu menjadi perhatian setiap orang yang mencintai hidup, yakni kesehatan. Bagi pelajar, ancaman pada kesehatan berarti ancaman pada prestasi belajar.
Laju Peningkatan Merokok di Kalangan Pelajar yang Mengkhawatirkan
Saat ini, terdapat kurang lebih 1.100 juta penghisap rokok di dunia. Tahun 2025 dimungkinkan akan bertambah hingga mencapai 1.640 juta orang. Setiap tahunnya, sekitar 4 juta orang meninggal karena kasus yang berhubungan dengan tembakau, terutama rokok. Tahun 2030, perkiraan ini akan meningkat mencapai angka 10 jutaan. WHO menyatakan pada tahun 1999, sekitar 250 juta anak-anak di dunia akan meninggal apabila konsumsi tembakau tidak segera dihentikan.
Hasil survei dari beberapa SMP di Jakarta menyatakan bahwa setiap siswa di sekolahnya mulai mengenal bahkan mencoba merokok dengan presentase 40% sebagai perokok aktif yang terdiri atas 35% putra dan 5% putri. Selanjutnya, 25% dari pelajar yang merokok tersebut mengalami drop out. Yayasan Jantung Indonesia mengadakan angket yang hasilnya adalah sebanyak 77% siswa merokok karena ditawari teman.
Scott T. Leatherdale, dari salah satu perguruan tinggi di Ontario, Kanada, melakukan penelitian dengan sampel 4.286 murid kelas 6 dan 7 dari 57 sekolah di Ontario menyimpulkan bahwa kecenderungan  merokok para murid akan naik apabila siswa tersebut sering melihat murid-murid lainnya, seniornya, atau orang-orang di sekitarnya merokok. Laju peningkatan merorok 1% pada kelas 8 akan memicu peningkatan 1.02-1.08% pada kelas 6 dan 7. Dari penelitian yang sama juga didapat bahwa 1.400 (32.7%) murid pada kelas 6 dan 7 merupakan siswa dengan resiko merokok rendah, dan 23 (40.3%) sekolah dikelompokkan sebagai sekolah dengan resiko merokok tinggi. Murid dengan resiko rendah akan naik resikonya jika masuk ke sekolah dengan resiko tinggi. Kecenderungan ini jelas mengkhawatirkan. Dengan fakta tersebut, maka tepat sekali bila pemerintah melarang adanya adegan merokok pada berbagai iklan rokok. Karena memang hal tersebut sangat berpengaruh pada peningkatan rangsangan untuk merokok.
Landasan Rasional Bahaya Rokok pada Kesehatan Otak
Dari segi kesehatan, merokok jelas sangat merugikan.  Bahkan bahayanya tidak hanya mengancam si perokok (perokok aktif), tetapi juga membahayakan orang di sekitarnya yang secara kebetulan menghirup asapnya (perokok pasif). Contohnya, bila seorang guru merokok di kelas, maka ia adalah perokok aktif dan siswa dapat menjadi perokok pasifnya. Resiko bagi keduanya bisa sama buruknya.
Sedikitnya ada tiga zat berbahaya dalam setiap hisapan asap rokok yang dihirup oleh perokok aktif maupun pasif, yaitu nikotin, tar, dan karbon monoksida. Nikotin merupakan zat adiktif yang dapat mempengaruhi sistem saraf pusat dan menimbulkan efek ketagihan atau ketergantungan dalam jangka waktu yang lama. Zat ini sangat berbahaya bagi organ tubuh, terutama pernapasan, yang berlanjut pada gangguan pada sistem peredaran darah karena memicu pembekuan, mengeraskan pembuluh arteri, serta penyempitan pembuluh darah. Nikotin juga merangsang zat kimia di otak sehingga menyebabkan kecanduan dan merangsang kelenjar adrenalin menghasilkan hormon yang mengganggu kerja jantung. Akibat paling buruk yang merugikan pelajar adalah kerusak jaringan otak yang ditimbulkan Nikotin.
Tar dalam rokok tidak kalah jeleknya dalam menimbulkan kerusakan. Tar dapat mematikan sel-sel pada alveolus dan saluran pernapasan, serta meningkatkan produksi lendir pada paru-paru.  Zat ini juga merupakan bahan karsinogenik (bahan perangsang tumbuhnya kanker) dan dapat mengakibatkan berhentinya gerakan rambut getar di saluran pernapasan sehingga zat berbahaya lainnya dapat masuk ke saluran pernapasan. Sementara itu, zat ketiga yang masuk paru-paru dalam setiap hisapan asap rokok adalah karbon monoksida (CO).  Zat ini akan menghambat hemoglobin dalam mengikat oksigen (O2), akibatnya suplai oksigen ke jaringan tubuh, organ dan otak akan terganggu. Lebih buruk lagi, zat karbon monoksida ini akan menempati sebagian porsi oksigen dan menggantikannya dalam darah yang merupakan racun bagi tubuh maupun otak. Dan pada tingkat tertentu, kandungan karbon monoksida dalam darah dapat menyebabkan kematian. Jelaslah bahwa Nikotin, Tar, dan CO, ketiganya berdampak buruk pada otak, dan pada gilirannya dapat menghambat upaya memperoleh prestasi tinggi.
Zat-zat berbahaya lain yang terkandung dalam rokok adalah arsenik, zat air belerang, senyawa-senyawa asam, zinc (seng), dan karbon dioksida.
Fakta Empirik Penurunan IQ karena Rokok
Para peneliti dari Prancis membenarkan bahwa merokok dapat merusak otak. Dari data yang dikumpulkan dari 5.000 warga Inggris, menunjukkan bahwa mereka yang merokok lebih rendah tingkat ingatan, bernalar, kosakata, dan kecakapan verbalnya, dibandingkan mereka yang tidak merokok. Merokok sangat mempengaruhi penurunan mental di usia muda, dan kerapuhan fisik di usia tua. Kebiasaan merokok yang dilakukan pada usia muda menurunkan tingkat memori dan kemampuan bernalar. Hal ini dilaporkan oleh Severine Sabia dan koleganya dari Institut Kesehatan Nasional dan Penelitian Medis di Villejuif, Prancis.
The Sheba Medical Center yang terletak di Kota Tel Hashomer, Israel, melakukan penelitian yang menghasilkan hasil yang sama. Para perokok memiliki tingkat kecerdasan yang lebih rendah dibandingkan mereka yang tidak merokok. Sampel dalam penelitian ini adalah 2.000 orang perokok aktif. Hasil dari penelitian membuktikan bahwa para perokok aktif tersebut hanya memiliki IQ rata-rata pada angka 94. Padahal, IQ rata-rata non-perokok berada pada angka 101. Sedangkan pada perokok aktif yang menghabiskan satu bungkus rokok dalam sehari memiliki rata-rata poin IQ 90. Berarti, para perokok yang gemar menghabiskan berbatang-batang rokok dalam sehari semakin turun tingkat kecerdasannya.
Kesimpulan
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa secara teori dan berdasarakan fakta di lapangan, merokok sangat berbahaya secara fisik maupun mental. Merokok merusak otak, menurunkan kecerdasan, dan dapat menghalangi upaya mencapai pretasi belajar yang tinggi. Oleh karena itu, kita sebagai pelajar sudah semestinya menjauhi rokok dan menasihati teman-teman yang merokok supaya segera menghentikannya demi kebaikan kita semua. Lebih dari itu, rokok seharusnya dihindari oleh semua kalangan, termasuk siswa, pegawai, dan guru di lingkungan sekolah. Apabila pelajar Indonesia bebas dari penyakit ‘merokok’, maka harapan untuk memajukan kecerdasan bangsa dan mengembangkan Indonesia menjadi bangsa beradab dan maju di mata dunia bukan lagi cita-cita yang mustahil.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

assalamu'alaikum .. afifa salam kenal.
boleh tak sy minta FB atau twitter ny?
mau share ttg pengaruh rokok pada prestasi belajar yg afifa tulis ini :)